Top
Begin typing your search above and press return to search.

Miliki nilai ekonomis, budidaya cabe Tengger perlu ditingkatkan   

Elshinta.com, Cabe Tengger atau sebagian masyarakat Suku Tengger di Desa Ranupane Kabupaten Lumajang Jawa Timur menyebutnya cabe terong, budidaya tanaman tersebut masih sebatas menanam untuk kebutuhan pribadi rumah tangga.

Miliki nilai ekonomis, budidaya cabe Tengger perlu ditingkatkan   
X
Sumber foto: Efendi Murdiono/elshinta.com.

Elshinta.com - Cabe Tengger atau sebagian masyarakat Suku Tengger di Desa Ranupane Kabupaten Lumajang Jawa Timur menyebutnya cabe terong, budidaya tanaman tersebut masih sebatas menanam untuk kebutuhan pribadi rumah tangga.

Tanaman perdu yang habitatnya sekitar 1.000 meter di atas permukaan air laut, bagi masyarakat petani setempat belum tergugah ditanam lebih banyak di area sela-sela tanaman pokoknya seperti kentang bawang maupun kol. Jika dilakukan maka tanama cabe Tengger akan menjadi pendapatan sampingan yang nilainya cukup besar.

Hal tersebut disampaikan salah satu warga Desa Ranupane, Kabupaten Lumajang, Sutono, Selasa (25/1).

Adanya kebutuhan permintaan cabe oleh konsumen yang mulai melirik cabe Tengger hal itu dapat menambah pendapatan warga setempat, dengan mengacu kondisi harga di pasaran saat ini cabe rawit kisaran Rp60 ribu per kilogram sementara cabe Tengger Rp15 ribu per kilogram dari petani dan di pasar Rp22 ribu sampai Rp25 ribu per kilogram. Rendahnya harga cabe Tengger karena masih sedikit warga yang tahu dan ketersediaan di pasar terbatas.

"Masyarakat tahunya baru sekarang kalau laku dijual, harganya masih Rp15 ribu per kilogram, di pasar Lumajang menjadi Rp22 ribu per kilogram sampai Rp25 ribu per kilogram. Masyarakat hanya menanam untuk kebutuhan sehari-hari," kata Sutono sambil menunjukkan lahan yang ditanami cabe Tengger.

Masih disampaikan Sutono, rasanya yang lebih pedas dari cabe rawit dengan tekstur cabe Tengger ukuran besar warna merah kulit mengandung daging sebagai pengganti tomat dengan biji hitam.

"Rasanya pedes mas lebih pedas dari cabe rawit, dengan warna merah dan berdaging ukuran besar dapat dibandingkan ukuran dengan beberapa cabe rawit," ucapnya.

Disayangkan tanaman cabe Tengger ini belum ada pembinaan dari dinas terkait untuk menjadikan peningkatan ekonomi.

"Belum ada pembinaan dari dinas kabupaten, semoga kedepannya ada pembinaan supaya menjadi sumber lain dari yang dibudidayakan petani saat ini", pungkasnya.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire